DONGENG SEBELUM
TIDUR (lanjutan 3 )
Ketika sang Katak itu telah membuka mulutnya,
Tiba-tiba
keluar dari mulutnya 3 biji permata,
Katak itu
menyampaikan pesan yang amat penting :
“Simpanlah
permata-permata itu dan lepaskan ke mulut suamimu besuk,
Engkau akan
melihat keajaiban yang tak pernah kau temui selama hidupmu”,
Putri Asuh lalu
menyimpan permata-permata tersebut,
Tak seorang pun
mengetahui rahasia itu,
Ia belum
mengetahui apa gerangan yang akan terjadi,
Namun dia yakin
bahwa Tuhan pasti menolongnya,
Ia yakin bahwa
permata itu amatlah berguna baginya,
Hari perkawinan
telah tiba,
Sang Raja
mengirim tukang rias pengantin ke rumah Ibu Asuh Putri,
Pakaian
pengantin disandangkan pada Putri Asuh,
Beberapa potong
baju panjang lengkap dengan perhiasan emas dan permata,
Alangkah
cantiknya Putri Asuh,
Paras indah
serta budi baik yang menghiasnya,
Tak dimiliki
oleh 3 saudarinya ,
Wajahnya
cemerlang bagai punama dalam kesempurnaannya,
Kesedihan serta
kegalauan hatinya tiada dihiraukannya,
Kebimbangan
serta ketidak tentuan ia tutup denga senyuman manis,
Ia ingin
membahagiakan Ibu Asuh serta 3 saudarinya,
Ia yakin akan
pertolongan Dzat Yang Maha Pengasih Maha Penyayang,
Ibu Permaisuri
memberikan kabar gembira kepada Ikan Raksasa,
Bahwa hari
perkawinan telah tiba,
Tuan Hakim
Penghulu telah didatangkan ke Istana,
Musik Rebana
Kendang dan Jedor telah siap di rumah Ibu Janda Pengasuh,
Pengantin
dijemput oleh 70 dayang-dayang kerajaan yang berparas anggun,
Juga 70
gadis-gadis ABG yang cantik-cantik yang diundang oleh
kerajaan,
Juga 70
remaja-remaja yang tampan yang dipersiapkan untuk mengawal,
Disertai 70
prajurit, pengawal dan ajudan sebagai pasokan pengaman,
Ditambah 15
musisi yang siap memeriahkan acara mengarak pengantin,
Pengantin mulai
berjalan dengan iringan musik SYAIUN LILLAH
Nada dan irama SYAIUN LILLAH mulai
dikomandangkan,
Rebana ,
Kendang dan Jedor mulai dipukul bertalu-talu,
Tong-Gempyek ..
Dik-Kitik Gentong-Dhar .. Toki-Dhur,
Tong-Gempyek ..
Dik-Kitik Gentong-Dhar .. Toki-Dhur,
Ibu Asuh
menangis terharu akan kelembutan budi dan kepatuhan Putri Asuh,
3 saudarinya
pun menangis menyesali kekejaman terhadap saudari asuh mereka,
Seluruh
penduduk kampung keluar untuk melihat pengantin Putri Asuh,
Sebagian
melambaikan tangan mengucapkan selamat bahagia,
Sebagian
mengusap air mata tanda keharuan dan kasih sayang,
Dari langkah ke
langkah, Nada musik SYAIUN LILLAH mengiringinya,
Musik Rebana , Kendang dan Jedor terus membahana dengan anggun,
Tong-Gempyek ..
Dik-Kitik Gentong-Dhar .. Toki-Dhur,
Tong-Gempyek ..
Dik-Kitik Gentong-Dhar .. Toki-Dhur,
Iring-iringan
pengantin berbaris panjang melalui lorong perkampungan,
Terus berjalan
pelan-pelan hingga sampai di jalan raya,
Di sana telah
siap 73 BENDI ( pedati dengan 4 roda dan 4 ekor kuda ),
Mereka lalu
naik di atas BENDI masing-masing dengan gembira,
BENDI mulai berjalan pelan lalu semakin cepat
semakin cepat,
Musik Jedor
diganti oleh musik sepatu kuda yang lari dijalan yang lurus,
Prok-Prok … Prok-Prok
… Prok-Prok … Prok-Prok …
Alangkah
ramainya 73 BENDI dengan 292
ekor kuda yang menariknya,
Berjalan dengan
kompoi , beruntun dengan tertip tanpa ada yang nyalip,
Sepanjang jalan
para penduduk dari orang tua hingga anak menyambutnya,
Semuanya kagum
akan kecantikan pengantin putri,
Belum pernah
mereka melihat pemandangan yang seindah ini,
Mereka
melambaikan tangan penghurmatan Pengantin kerajaan,
Ucapan selamat
mereka sanjungkan tanpa mempertanyakan siapa pengantinnya,
Prok-Prok … Prok-Prok … Prok-Prok
… Prok-Prok …
Musik sepatu
kuda terus bergema memenuhi jagat kerajaan MAQILA,
Senyuman dan
air mata sang pengantin putri yang terus berderai,
Menghias bibir
yang merah merekah laksana bunga delima,
Serta pipi yang
senyap memerah laksana bunga mawar nan indah,
Kesedihan yang
ditutup dengan kerelaan terhadap kenyataan,
Mempertahankan
perjuangan membahagiakan hati orang tua,
Membekali Putri
asuh untuk naik tahta sebagai anak emas Raja,
Sang Raja
beserta Permaisuri duduk berdua di atas singgasana,
Menanti
kedatangan kompoi BENDI ber kuda,
Suatu saat Ibu
Permaisuri tenang di atas singgasana,
Suatu saat pula
datang ke telaga untuk memberi kabar pada Ikan Raksasa,
Sang Ikan
tampak sehat namun belum berkehendak untuk makan,
Mungkin ia
masih ragu antara angan-angan dan kenyataan,
Mungkin ia
masih berpuasa menanti permaisuri yang cantik jelita,
Mungkin ia akan
berbuka denga 3 permata yang dibawa oleh permaisurinya,
Subhaanallooh,
Keindahan
ciptaan Alloh memang tak dapat dihitung berapa banyaknya,
Iring-iringan kompoi BENDI berkuda empat semakin dekat dengan Istana,
Suara musik sepatu kuda semakin jelas kedengarannya,
Prok-Prok … Prok-Prok
… Prok-Prok … Prok-Prok …
Hati sang Raja
dan Permaisuri semakin membayangkan apa gerangan yang akan terjadi,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar