Syahdan , Ketika sang Raja Hutan telah mengetahui kecerdikan KANCIL,
Ia merasa senang dan menyatakan persahabatan , dengan janji yang ia
ucapkan :
“Wahai sahabat , kamu ternyata bisa membikin aku tertawa dan
gembira,
Kamu harus selalu menemaniku dan menghiburku ketika aku susah dan
lapar,
Kamu pasti aku biarkan hidup dan menjadi sahabatku”
Maka kedua binatang itu selalu bersama-sama,
Tidur bersama , makan pun bersama kendati pun makanannya berbeda,
Mereka hidup dalam kemesraan pertemanan,
Ibarat suatu organisasi , Kancil bagian Program , Harimau bagian benteng
dan Pelaksana,
Dari hari ke hari , minggu ke minggu , dan bulan ke bulan ,
Kebersamaan itu terjaga rapi dengan tugas masing-masing,
Pada suatu saat , sang Raja merasa lapar dan haus,
Ia membutuhkan makanan dan minuman ,
Dengan sifat malas dan ke Maha Rajaan serta kekejamannya ,
ia menuntut agar temannya
sudi mencarikan makanan dan minuman,
Temannya yang kecil tetapi cerdik itu bersusah-payah mencarikan
makanan,
Namun ia tak kunjung mendapatkan apa yang diminta oleh sahabatnya,
Ketika ia kembali dengan tangan hampa,
Sahabatnya mulai marah ,
Sifat aslinya mulai tampak dalam kemarahannya,
Benarlah apa yang di ucapkan oleh seorang pujangga Arab dalam
syi’ir bahar kamilnya :
وَإذَا أرَدْتَ
ظُهُوْرَ أخْلَاقِ امْرِئٍ فَانْظُرْ
إلٰى مَا قَالَ حِيْنَ يَغْضَبُ
فَإذَا عَرَفْتَ مَقَالَهُ وَقْتَ الْغَضَبِ أدْرَكْتَ
كَيْفَ حَالُهُ الْأَصْلِيُّ
"Jika engkau ingin mengetahui
akhlaq seseorang,
Maka perhatikanlah apa yang ia katakan
ketika ia sedang marah.
Maka jika engakau telah mengetahui apa
yang ia katakan ketika marah,
Maka itulah sebenarnya
perangainya yang asli.
Sahabat yang telah berjani untuk
berteman itu marah dan mengatakan :
“Wahai KANCIL , jika engkau tidak menemukan apa
yang aku minta,
Maka engkaulah yang menjadi gantinya
, engkau akan aku santap”,
Alangkah terkejutnya
binatang kecil yang cerdik itu,
Ia amat takut dan sedih namun karna
kecerdikannya ia tersenyum,
Ia mengatakan : “Baiklah kawan ,
akan aku carikan lagi makanan untukmu,
Tunggu aku di sini hingga aku datang
kembali dengan makanan yang lezat,
Ia berkata dalam hati :
“Alangkah tidak enaknya berteman
dengan sahabat yang pemalas dan kejam”,
Betullah apa yang diucapkan seorang
Pujangga Arab dalam syi’ir bahar kamilnya :
لَاتَصْحَبِ
الْكَسْلَانَ فِيْ حَالَاتِهِ كَمْ
صَالِحٍ بِفَسَادِ اٰخَرَ يَفْسُدُ
Jangan engkau temani seorang yang malas dalam
tingkah lakunya,
Banyak orang solih menjadi rusak lantaran
kerusakan moral temannya,
Si cerdik itu lalu berjalan jauh untuk mencari
makanan sahabatnya,
Juga untuk meredam kemarahan sahabatnya yang
sedang membara,
Dalam perjalanannya yang amat jauh , ia menemukan
sesuatu,
Ia ingin beristirahat sejenak untuk menghilangkan
kepayahan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar