Seorang kakek
bertanya kepada ustadz
yang masih muda :
"Anakku, Engkau
telah menerangkan ADA nya ALLOH,
Anakku, Kakek
bertanya ya, Dimana
ALLOH " ?
Ustadz muda tersebut bingung,
Maka ia
ingat akan pesan
gurunya :
"JANGAN PAKSAKAN
MENJAWAB PERTANYAAN
JIKA ENGKAU
BELUM MAMPU MENJAWABNYA ".
Katakan kepada
sang penanya,
Sebagaimana Rosululloh
menjawab Malaikat Jibril
:
ماالمسئول بأعلم من السائل "Mal
mas'uul bi a'lama minas
saail"
"Yang ditanya
tidaklah lebih mengetahui
dari pada yang
bertanya"
Maka ustadz
muda tersebut menjawab
demikian,
Kakek tersenyum
dan senang atas
tawadlu' pemuda tersebut,
Lalu beliau
berkata : "Wahai
Anakku,
Tolong engkau
ambil kaleng PELITA
yang ada di
sana itu"
Ustadz muda
itu dengan tawadlu'nya
mengambil kaleng PELITA,
Lalu ia
memberikannya kepada kakek
tersebut.
Dengan lembut
kakek bertanya :
"Anakku, Bilakah
PELITA ini disebut
PELITA ?"
Ustadz muda
itu dengan segala
kerendahan ia menjawab :
"Saya belum mengerti kek, Tolong kakek menerangkannya"
"Saya belum mengerti kek, Tolong kakek menerangkannya"
Kakek tersebut
tidak menjawab tetapi
bertanya lagi :
"Anakku, Jika
kakek tiup api
PELITA ini hingga
hilang,
Kemanakah sebenarnya
api itu pergi
?
Ustadz muda
itu semakin bingung
dan ia sadar,
Bahwa ia
masih sangat kurang
ilmu aqidahnya,
Bahwa masih
ada orang yang
selalu siap mengaji,
Padahal lebih
unggul ilmunya dari
pada ustadznya,
Ustadz muda
tersebut menjawab :
"Saya belum
faham kek, Tolong
kakek menerangkannya",
Kakek itu
tidak menjawab tetapi
bertanya lagi :
"Anakku, Namamu
siapa nak ?"
Ustadz itu
menjawab : "ABDULLOH",
Kakek tersenyum
tenang lalu berkata :
"Boleh kakek
bertanya nak ?
Dimana "ABDULLOH" sekarang ?,
Ustadz muda menjawab :
"Ia sekarang ada di depan Kakek",
Kakek menggelengkan
kepala dan merenung,
Ustad muda terbawa
suasana merenung seperti kakek,
Tiba-tiba kakek
itu menepuk bahu Ustad muda
tersebut,
Beliau memanggilnya
: "Abdullah…….!".
Ustadz muda itu menjawab dengan Spontan : "Ya Kek !".
Ustadz muda itu menjawab dengan Spontan : "Ya Kek !".
Kakek itu tersenyum lebar dan kemudian
mengatakan :
"Anakku, Barusan kakek merasakan adanya Abdullah,
"Anakku, Barusan kakek merasakan adanya Abdullah,
Mungkin engkau
berfikir bahwa Abdullah
itu tidak ada,
Mungkin engkau
berfikir bahwa Abdullah
itu benar adanya,
Jika kau pegang
tanganmu, itu Tangan Abdullah..!,
Jika kau pegang
Keningmu, Itu Kening
Abdullah..!,
Jika kau pegang
kepalamu, itu Kepala
Abdullah..!,
Jika kau pegang
kakimu, itu adalah kaki Abdullah.!,
lalu…..DIMANAKAH ABDULLAH ITU
nak ?"
Kakek melanjutkan
bicaranya :
"Abdullah Itu
ada pada saat
kehadiran dirimu dibutuhkan,
Sehingga banyak
orang menyebut namamu
Anakku...".
"Demikianlah perumpamaan
ALLOH SWT,
Sesungguhnya ALLOH
itu ADA sebelum
apapun ada,
ALLOH itu ADA jika pun Bumi
tidak diciptakan oleh Nya.
Tetapi ALLOH itu Tidak ADA
Bagimu,
Jika kamu tidak
pernah mengerti tentang
DIA,
Kau sebut langit sebagai
ciptaan ALLOH,
Kau sebut Api sebagai ciptaan
ALLOH,
Kau sebut Air sebagai Ciptaan
ALLOH,
Lalu dimanakah ALLOH...?
Dimanakah ALLOH …?
Demikian si Kakek
menjawab panjang,
Subhanallah,
Sebuah ilmu yang belum
pernah ia dapatkan di bangku kuliah...
Setelah itu
kakek mohon pamit,
Sebelum perpisahan
dengan kakek itu,
Ia masih penasaran
dengan perumpamaan Pelita tadi,
Sang Kakek melanjutkan
penjelasannya :
"PELITA itu tidak bisa
kau sebut PELITA tanpa ada
apinya,
Ketika PELITA itu
tidak ada apinya
dia hanyalah Kaleng Cat,
Ia hanyalah kaleng yang berisi
minyak tanah dan
bersumbu,
Baru bisa kau
sebut PELITA apabila
kau beri api
di
sumbunya,
Itulah perumpamaan manusia,
Ketika tidak
dinyalakan sumbu hati
dengan kalimah Alloh,
Alloh,
Ketika tidak
disinari hatinya dengan
cahaya dzikir Alloh,
Alloh,
Maka tak
akan pernah ia
rasakan adanya Alloh,
Ketika tidak
diberi makan Ruhnya dengan
dzikir Alloh, Alloh,
Maka Ruhnya
akan mati dan
dia hanya bangkai yang berjalan,
Yang perlu kau hidupkan
setiap hari bukanlah
lahiriyah nak,
Yang perlu kau hidupkan
setiap hari adalah
ruh
dalam hati,
Sehingga dia bisa
menerangi dan memahami
adanya Alloh,
ALLOH itu ada
bagimu,
Bila kau selalu
menyebut nama-NYA,
Kau dzikirkan setiap hembusan nafasmu,
Maka Dia selalu
ada bersamamu,
Maka ALLOH itu
Ada Bagimu,
Dalam ke ADA
an, dan ke TIADA
an dirimu,
ALLOH Itu tetap
ada..!!",
Allahu Akbar !
Teriak Ustadz muda dalam
bathinnya,
Ketika mendengar
ucapan Kakek berpamitan,
Sebelum ia mencium
tangan
kakek itu,
Sang Kakek membisikan
ke telinga
ustadz tersebut :
"Anakku.., Ingat, saat
api diatas PELITA itu ditiup,
Api menghilang dan engkau
tidak bisa melihatnya lagi,
Bahkan bentuk dan rasanya
sudah tidak bisa
kau ketahui,
Walau seribu
kali engaku bertanya, kemana perginya
api itu,
Tak seorang
pun yang akan mampu
menjawabnya...,
Demikian halnya
dengan RUH anakku,
Saat dia pergi dari
jasadmu dia tidak akan
membentuk apapun,
Dia raib sebagaimana Zat yang menciptakannya,
DIA lah ALLOH SWT.... DIA lah
ALLOH SWT....
Maka rawat dengan
benar RUH yang
ada dalam jasadmu.....
Rawatlah dengan benar
"Alloh…. Alloh…." dalam sanubarimu.....
Lantunkan dia
dalam benak mengiring
masuk dan keluar nya
nafas…
Jangan engkau
tinggalkan "Alloh….
Alloh…." Walau
sesa'at…….
Kakek pergi
anakku. ………….. Assalamualaikum".
"Wa'alaikum salam" jawab Ustadz
sembari menitikkan air mata,
Hingga kini, ia tidak pernah lagi menemukan kakek tersebut,
Hingga kini, ia tidak pernah lagi menemukan kakek tersebut,
Bahkan tidak pernah
mengenal nama kakek
itu,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar